Arsip Tag: Golkar

NasDem lobi Deddy Mulyadi berpasangan dengan Emil di Pilgub Jabar


Kamis, 27 April 2017 15:54Reporter : Wilfridus Setu Embu

Ridwan Kamil-Dedi Mulyadi. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com – Partai NasDem terus menata untuk terlibat dalam Pilgub Jawa Barat 2018. Rencananya mereka bakal mengusung Deddy Mulyadi dan Ridwan Kamil (Emil). Keduanya dianggap cocok untuk memimpin Jawa Barat.

Rencana ini diungkapkan Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem, Johnny G Plate. Sejauh ini untuk membuat Deddy Mulyadi dan Ridwan Kamil berpasangan masih dalam tahap saling lobi.

“Yang terpenting misalnya Deddy dan Ridwan Kamil kan bagus juga. Kita diskusi dan lobi sedang berjalan, pokoknya kita mencari pasangan calon yang bagus untuk Jabar,” kata Johnny di kompleks senayan, Jakarta Pusat, Kamis (27/4).

Partai NasDem memiliki mekanisme sendiri dalam proses mengusung calon. Adapun syarat harus dipenuhi antara lain, kepemimpinan, pengalaman, dan integritas.

“Tetapi yang terakhir yang akan diukur adalah keterpilihannya. Kami melakukan survei karena percuma mendukung kader hebat tapi keterpilihannya rendah kan rugi daerah,” jelasnya.

Untuk itu, dia berharap dalam Pilgub Jawa Barat nanti masyarakat memilih calon berdasarkan pertimbangan program, pengalaman, dan integritas tiap calon. “Berharap pemilu Jabar adalah demokrasi rasional bukan demokrasi identitas, memilih calon karena latar belakang suku yang sama, memilih calon karena latar belakang pergi beribadahnya sama, kita hindari itu,” terangnya. [ang]

Golkar Bangun Koalisi Poros Jawa Barat untuk Pilkada Jabar 2018


KONTRIBUTOR TASIKMALAYA, IRWAN NUGRAHA

Kompas.com – 26/04/2017, 11:43 WIB

Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi saat diwawancara oleh wartawan di Purwakarta, Rabu (26/4/2017).(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)

Purwakarta, KOMPAS.com – Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyatakan, sampai saat ini partainya telah memiliki mitra yang tergabung dalam koalisi partai bernama PorosJawa Barat untuk menghadapi Pilkada Gubernur Jabar Tahun 2018.

Partai yang telah berkomunikasi dalam Poros Jawa Barat itu adalah Partai Golkar, Hanura, PAN dan PKB.

Golkar saat ini sudah memiliki mitra (untuk Pilkada Jabar) yaitu PartaiHanura, PAN, dan PKB. Keempat partai ini masuk dalam Poros Jawa Barat. Poros yang memihak pembangunan masyarakat pedesaan,” jelas Dedi kepada wartawan, Rabu (26/4/2017).

Baca juga: Untuk Pilkada Jabar, Golkar Masih Tunggu Hasil Survei

Dedi menambahkan, mitra partainya ini telah berkomunikasi dan siap bersama-sama mendorong pembangunan yang memihak kepada masyarakat pedesaan. Partai Hanura telah bertemu dengan Golkarbeberapa waktu lalu di Bandung.

Dedi juga telah berkomunikasi langsung dengan Ketua Umum PANZulkifli Hasan. Lalu PKB beberapa waktu lalu telah datang melalui ketua umum Garda Bangsa mendeklarasikan akan bersama Golkar untuk menghadapi Pilgub Jabar.

“Kalau PKB, kami akan segera menemui Pak Ketum dalam waktu dekat ini. Tapi keempat partai ini sudah sepakat membangun poros, yaitu Poros Jawa Barat,” ujarnya.

Poros keempat partai ini, kata Dedi, sejatinya bukan hanya bersepakat untuk menghadapi Pilkada Jabar 2018 saja. Tetapi, poros ini akan dimulai melalui fraksi-fraksinya di DPRD Provinsi Jawa Barat mengawal penyusuanan APBD tahun 2018 untuk memihak kepada pembangunan di wilayah pedesaan. Apalagi wilayah Jawa Barat paling besar adalah masyarakat pedesaan.

“Poros ini bukan hanya untuk menghadapi Pilgub saja, tapi poros ini akan mulai memelopori dalam penyusunan APBD 2018. Poros ini melalui fraksinya akan terus mendorong untuk memihak kepada masyarakat desa,” ungkapnya.

Baca juga: Senyum Dedi Mulyadi Saat Warga Deklarasikan Dukungan untuk Pilkada Jabar

Poros Jawa Barat ini pun masih terbuka untuk partai lainnya yang ingin bergabung. Partainya pun mengajak partai lain untuk mendorong keberpihakan kepada masyarakat desa yang selama ini pembangunannya belum seluruhnya maksimal.

“Ayo kita bersama-sama tergabung dalam poros Jawa Barat untuk mendorong keberpihakan pemerintah kepada masyarakat pedesaan,” pungkas Dedi.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
PenulisKontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha
EditorFarid Assifa

DEDI MULYADI, SI KUDA HITAM


 

Politik
Dedi Mulyadi
Selain Ridwan Kamil, potensi Jabar ada di Dedi Muyadi. Dedi Mulyadi adalah Bupati Purwakarta, yang 2018 ini selesai sudah 2 periode menjabat. Dan meskipun belum seribut Kang Emil, Kang Dedi Mulyadi kemungkinan besar akan maju di Pilgub Jabar.
Dedi Mulyadi sekarang adalah ketua DPD Golkar Jabar. Ini menjadi kekuatannya untuk maju Pilgub Jabar, apalagi Golkar sudah mempunyai 17 kursi disana.
Ini berarti Golkar hanya butuh 3 kursi lagi supaya bisa memenuhi syarat minimal 20 kursi yang dibutuhkan untuk mencalonkan Gubernur. Jauh lebih mudah dari Nasdem dan Hanura yang terpaksa harus ngos-ngosan cari koalisi partai besar.
Dedi Mulyadi adalah aset besar Golkar di Jabar. Meskipun begitu, namanya tidak segaung kang Emil di media sosial yang lebih nge-pop. Ini mungkin karena posisi Kang Dedi yang ada di Purwakarta, kota kecil di Jabar yang jelas tidak ada apa2nya dibandingkan Bandung.
Meski begitu, sepak terjang kang Dedi tidak bisa diremehkan. Ia harus menghadapi kerasnya FPI di Purwakarta yang sudah menghancurkan patung-patung disana karena dianggap musyrik.
Kang Dedi bahkan sudah mendapat stigma sebagai seorang musyrik karena menyembah patung jauh sebelum kang Emil dituding Syiah. Heran juga, padahal Kang Dedi Mulyadi adalah wakil ketua PCNU Purwakarta. Kalau dia musyrik, tentu NU duluan yang menendangnya.
Ini resiko yang harus dihadapinya ketika ia bersikap tegas dengan tidak menaungi kelompok radikal di tempatnya.
Meski ada gesekan kuat dengan kaum radikal, Kang Dedi Mulyadi malah menjadi tokoh toleran. Gebrakan-gebrakannya dalam menangani radikalisasi di daerahnya bukan semata pencitraan belaka, tetapi langsung masuk ke akarnya dengan membina anak-anak supaya tidak terjebak menjadi teroris.
Bahkan BNPT mempercayai Kang Dedi Mulyadi untuk menangani 56 mantan teroris supaya di “cuci otak” lagi dengan program deradikalisasinya. Jabar -dengan tingkat intoleransi tertinggi di Indonesia- sebenarnya sangat butuh Kang Dedi Mulyadi.
Pertanyaannya cuma satu, apakah Kang Dedi Mulyadi akan maju lewat Golkar dengan koalisi bersama satu partai kelas menengah, atau gabung dengan PDIP yang punya 20 kursi di Jabar?
Jika bisa bergabung tentu hebat, tapi mungkinkah dan siapa calon dari PDIP sebagai wakilnya? Ridwan Kamil? Mau gak kang Emil jadi wakilnya??
Jika Golkar dan PDIP tidak bersatu di Jabar tentu sayang. Kekuatan Aher di Jabar tidak diragukan, ia sudah membuktikan dengan memimpin Jabar 2 periode.
Kalau menurut saya, untuk melawan kelompok Aher di Jabar lebih cocok kang Dedi Mulyadi daripada kang Emil.
Kenapa?
Karena kang Dedi Mulyadi menguasai wilayah pedesaan, sama seperti Aher juga. Jaringannya kuat di desa, secara Jabar itu 70 persen lebih adalah desa bukan kota.
Kalau kang Emil anak betawi -eh, anak kota- apa gak teler blusukan di desa terpencil di Jabar yang belum ada toiletnya? Bisa bawa parfum terus.
Karena itu, kita berharap PDIP juga melirik kang Dedi Mulyadi sebagai koalisi kuatnya. Berkaca dari kekalahan Rieke dan Teten dari Aher dulu, sudah saatnya PDIP sekarang bergandeng tangan dengan Golkar sebagai partai besar daripada dipecah koalisi Gerindra-PKS.
Seperti pernah saya ceritakan, Jabar ini sangat penting dikuasai koalisi nasionalis daripada koalisi agamis. Karena pertama, jumlah pemilih Jabar terbanyak seIndonesia. Dan kedua, Jabar adalah pemasok aksi “Bela Safira” di 411 dan 212 lalu. Tentu akan merepotkan pemerintah pusat jika Jabar kembali dikuasai mereka.
Itu analisa dengan keinginan sempurna. Bagaimana jika nanti malah kang Emil dan kang Dedi Mulyadi malah berhadap-hadapan disana? Yang bisa jawab, sana ambil kopinya.

Ridwan Kamil Vs Dedi Mulyadi Tatap Pilgub Jabar


 

Dedi Mulyadi vs Ridwan Kamil

Dedi Mulyadi vs Ridwan Kamil (Foto: Instagram/@dedimulyadi71 dan @ridwankamil)

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Jawa Barat masih setahun lagi, tapi partai politik sudah ancang-ancang menentukan calon. Setidaknya sudah ada dua nama yang muncul, yaitu Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi. Bagaimana kiprah keduanya?
Kang Emil dan Kang Dedi, sapaan akrab keduanya, sama-sama menjabat sebagai kepala daerah di Jawa Barat. Kang Emil untuk Kota Bandung dan Kang Dedi Kabupaten Purwakarta. Keduanya juga berusia sama 45 tahun.
 

Ridwan Kamil

Ridwan Kamil (Foto: Instagram @ridwankamil)

Ridwan Kamil
Nama Kang Emil disiapkan oleh Partai NasDem sebagai calon gubernur dalam deklarasi besar-besaran yang akan digelar hari Minggu, 19 April. Meski hanya punya 5 kursi di DPRD Jabar, tapi Nasdem memberi sinyal kuat soal sosok potensial jadi cagub.
“Ridwan Kamil kami lihat berhasil sebagai wali kota, pemerintahan berjalan baik dan yang bersangkutan bersih. Ini menjadi alasan Nasdem,” tutur Ketua Fraksi Partai NasDem Victor Laiskodat saat dikonfirmasi kumparan (kumparan.com), Rabu (15/3).
Pemilik nama asli Mochamad Ridwan Kamil S.T, M.U.D memang tak asing bagi masyarakat Indonesia, lantaran aktivitasnya di jagat media sosial yang mengantongi jutaan pengikut.
 
Kang Emil menjabat sebagai Wali Kota Bandung ke-26 untuk periode 2013-2018, setelah bersaing dengan 7 kandidat lain dalam Pilkada Kota Bandung 2013. Meski saat itu diusung PKS dan Gerindra, Kang Emil bukanlah kader partai politik. Dia arsitek yang terjun ke dunia politik.
Saat Pilkada 2013 itu, Kang Emil bersama wakilnya, Oded Muhammad Danial, mengantongi 45,24 persen suara. Kiprahnya sebagai wali kota lalu dikenal di Tanah Air berkat karya arsitektur di Bandung, maupun penghargaan yang diraih.
 
Di antaranya, yang terakhir adalah penghargaan Satyalancana Pembangunan 2016 dari Presiden Joko Widodo, penghargaan salah satu dari 10 Kepala Daerah Teladan versi Harian Tempo 2017, Kota Terbaik dalam Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016 menurut Kementerian PANRB, Kota Terbaik Nasional dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2016 bersama Surabaya, Badung, Denpasar dan Rembang, 2016 Regional Marketeers Award, Kota Terbaik se-Indonesia untuk inovasi dan iklim ekonomi UKM dari ICSB dan Kementerian Koperasi UKM, dan lainnya.
Lulusan Master of Urban Design dari University of California, Berkeley, itu membuka diri untuk maju dalam Pilgub Jabar 2018. Bahkan sebetulnya sejak Pilgub DKI, Kang Emil sempat kepincut saat namanya disebut menjadi salah satu bakal cagub DKI 2017.
“Jadi dalam politik praktis, deklarasi dukungan itu silakan saja. Tapi kepastiannya hanya akan diputuskan di hari-H pendaftaran dan itu sesuatu yang harus tarik ulur,” kata Ridwan Kamil, merespons deklarasi dari Partai NasDem, Rabu (15/3).
Dedi Mulyadi
 

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi (Foto: Instagram @dedimulyadi71)

Lawan Ridwan Kamil dalam Pilgub Jabar yang sudah muncul adalah Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Dedi yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Jawa Barat 2016-2020 itu diusulkan oleh partainya untuk bersaing dalam Pilgub Jabar tahun depan.
“Prinsip dasar kita memberikan peluang yang besar utamanya kepada kader-kader Partai Golkar, dan yang paling memiliki peluang untuk memanfaatkan instrumen Partai Golkar ini berkomunikasi dengan rakyat adalah ketuanya,” ujar Sekjen Golkar Idrus Marham di Kantor DPP Golkar, Slipi, Rabu (15/3).
“Sekarang ini Saudara Dedi aktif melakukan komunikasi dengan rakyat pertemuan di mana-mana,” imbuh Idrus.
 
 
Kang Dedi, duduk sebagai Bupati Purwakarta dalam Pilkada 2013. Periode masa jabatannya sama dengan Kang Emil yaitu 2013-2018. Saat Pilkada 2013 itu, Dedi diusung Partai Golkar, PDIP, PKB, Hanura, Gerindra dan PDP dan meraih 65,64 persen suara.
Berbeda dengan Kang Emil, Dedi adalah tokoh politik yang sebelumnya pernah duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Purwakarta, lalu menjadi Wakil Bupati Purwakarta periode (2003-2008) bersama Lily Hambali Hasan.
 
Sebagai kepala daerah, Kang Dedi tak kalah banyak meraih penghargaan atas berbagai prestasi. Di antaranya penghargaan dari Presiden Jokowi sebagai kepala daerah yang konsen dan peduli pada kebudayaan bersama 6 kepala daerah lain tahun 2016.
Penghargaan dari Komnas HAM sebagai kepala daerah yang berdedikasi dalam perlindungan dan pemenuhan atas hak kebebasan beragama dan berkeyakinan, penghargaan dari Mendikbud Muhadjir Effendy karena menerapkan konsep Pendidikan Berkarakter di seluruh sekolah, penghargaan kebudayaan dan maestro seni tradisi 2016 dari Kemendikbud, Harmoni Award 2017 bersama 9 kepala daerah lain dari Menag Lukman Hakim Saifudin, dan penghargaan lainnya.
Bagaimana menurutmu kedua sosok ini?

Bersama – Sama Kita Kawal Kota Depok Untuk Lebih Baik, Maju dan Sejahtera